Minggu, 11 Januari 2009

jurnalistik 2

BAB I
PENDAHULUAN

Apakah "berita" (news) itu? Dari segi pendekatan jurnalistik, yang dimaksud dengan berita adalah peristiwa yang telah dimuat dalam suatu media cetak, atau disiarkan lewat radio atau televisi. Dalam pembahasan kita lebih lanjut di sini akan kita fokuskan pada penerbitan cetak, seperti suratkabar atau majalah.
Sebuah berita ditulis tidak hanya karena merupakan peristiwa besar. Lebih dari itu berita disampaikan terutama melalui tulisan merupakan bagian dari kerja jurnalistik menyampaikan informasi penting bagi masyarakat. Dengan informasi ini dalam bentuk paket berita masyarakat bisa memahami apa yang terjadi di sekitarnya dan bertindak berdasarkan informasi dari media massa itu.
Oleh sebab itulah, ada beberapa pilar penting dalam penulisan berita.
1. Akurasi
Sebagai seorang wartawan, dia memiliki banyak kekuasaan. Apa yang ditulisnya bisa mempengaruhi keputusan orang lain. Tulisannya banyak dibaca orang. Taruhlah sebuah koran dengan oplag 200.000 eksemplar per hari maka berapa banyak orang yang membacanya. Dengan angka seperti itu pula, berapa banyak orang yang terpengaruh oleh laporan berita yang ditulis seorang jurnalis. Oleh sebab itulah maka akurasi, ketepatan menulis berita haris bisa ditegakkan. Akurasi dalam nama, tempat, peristiwa, waktu dan keterangan saksi dalam berita itu menjadi pilar penting. Tanpa akurasi, media massa tidak dapat dipercara. Jika tidak dapat dipercaya maka akan ditinggalkan pembacanya, tinggal menunggu mati. Sekali lagi akurasi adalah penting sekali dalam sebuah berita.

2. Jelas
Berita yang diturunkan sebuah media berfungsi memaparkan dengan jelas sebuah berita. Jelas itu bisa tercermin dari kalimat-kalimat yang pendek. Pilihan kata yang tepat serta urutan yang logis. Berita tidak meloncat-loncat tetapi terurut rapi. Tentu saja bukan hal yang mudah menurunkan berita yang jelas tetapi juga bernilai bagi pembacanya. Kejelasan itu juga tidak menghilangkan daya tarik sebuah berita untuk dibaca. Jelas disini juga tidak mengorbankan gaya dari penulisan berita. Prinsip penulisan 5 W dan 1 H akan memberikan landasan dalam penulisan berita.
3. Gaya
Seorang penulis berita tentu bukan seorang yang berperan sebagai sastrawan dengan penulisan non fiksi. Berita didasarkan pada fakta-fakta yang jelas. Berita merupakan laporan atas peristiwa aktual. Namun tidak menghilangkan kesempatan untuk tetap menuangkan berita dalam gaya yang menarik. Sebuah berita bisa membangkitkan harapan, kesedihan, tertawa atau juga rasa gemas. Berita yang ditulis juga pada tingkat tertentu seharusnya juga menjadi semacam karya tulis bernilai seni.
Pembahasan pengenai berita tidak akan ada habisnya. Seiring perkembangan zama berita akan selalu hadir. Disini saya akan mencoba memaparkan salah satu bidang pembahasan dalam lingkup jurnalistik berkenaan dengan teknik menulis berita, hal ini sangat penting untuk dapat terus mempertahankan eksistensi sebuah berita.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Seputar Pembahasan Berita
1. Pengertian Berita
Dalam jurnalistik, begitu banyak pengertian berita. Masing-masing orang memberikan definisi berita berdasarkan sudut pandang sendiri-sendiri dalam merumuskannya. Dalam buku Reporting, Mitchell V. Charnley menuliskan beberapa definisi berita:
Menurut Chilton R. Bush, berita adalah informasi yang “merangsang”, dengan informasi itu orang biasa dapat merasa puas dan bergairah. Sementara Charnley sendiri menyebutkan bahwa berita adalah laporan tentang fakta atau pendapat orang yang terikat oleh waktu, yang menarik dan/atau penting bagi sejumlah orang tertentu.
Menurut Willard C. Bleyer : Berita adalah sesuatu yang termasa ( baru ) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Karena itu ia dapat menarik atau mempunyai makana bagi pembaca surat kabar, atau karena ika dapat menarik pembaca - pembaca tersebut.
Menurut Dja’far H Assegaf : Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa ( baru ), yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi – segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan.
Menurut J.B. Wahyudi : Berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memilki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan melalui media massa periodik.
Dapat disimpulkan “Berita adalah segala sesuatu yang terkait waktu dan menarik perhatian banyak orang dan berita terbaik adalah hal-hal yang paling menarik yang menarik sebanyak mungkin orang (untuk membacanya)

2. Kriteria Kelayakan Berita
Apakah semua peristiwa pantas atau layak dijadikan berita? Untuk menjadi berita, ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi. Antara lain :
a. Penting
Likuidasi 16 bank swasta oleh Pemerintah baru-baru ini adalah penting, karena menyangkut kepentingan rakyat banyak, yang menjadi pembaca media bersangkutan. Maka layak jadi berita. Ini juga relatif tergantung dari khalayak pembaca yang dituju.
b. Baru terjadi, bukan peristiwa lama.
Peristiwa yang terjadi 10 tahun yang lalu jelas tidak bisa jadi berita. Sekarang malah ada berita berbentuk siaran langsung di televisi, seperti pertandingan sepakbola Piala Dunia.

c. Unik, bukan sesuatu yang biasa.
Seorang mahasiswa yang kuliah tiap hari adalah peristiwa biasa. Tetapi jika si mahasiswa menikam dosennya di dalam ruang kuliah, itu luar biasa.

d. Asas keterkenalan.
Kalau mobil Anda ditabrak mobil lain, tidak pantas jadi berita. Tetapi jika mobil yang ditumpangi Putri Diana ditabrak mobil lain, itu jadi berita dunia.
e. Asas kedekatan.
Kebakaran yang menewaskan 50 orang di Nigeria masih kalah nilai beritanya dibandingkan kebakaran yang menewaskan 50 orang di Pasar Senen, Jakarta Pusat, karena lebih dekat dengan kita. Itu dari pendekatan geografis. Tetapi bisa juga dari kedekatan emosional. Peristiwa yang terjadi di Palestina relatif jauh secara geografis, tetapi dekat secara emosional bagi khalayak pembaca di Indonesia.
f. Magnitude.
Kita melihat dampak dari suatu peristiwa. Demonstrasi yang dilakukan 10.000 mahasiswa tentu lebih besar magnitudenya dibandingkan demonstrasi oleh 100 mahasiswa. Kecelakaan kereta api yang menewaskan 200 penumpang tentu lebih besar magnitudenya ketimbang kecelakaan yang hanya menewaskan dua orang.
g. Trend.
Sesuatu hal yang biasa menjadi berita ketika menjadi kecenderungan yang meluas di masyarakat. Misalnya, sekarang orang mudah marah dan mudah membunuh pelaku kejahatan kecil (pencopet) dengan cara dibakar hiduop-hidup. Atau sekarang ada kecenderungan orang pergi ke mal untuk mencari hiburan, bukan untuk belanja.

3. Unsur-unsur Suatu Berita
Berita yang baik, umumnya harus memenuhi unsur : 5 W + 1 H (Who, What, Where, When, Why) + How atau : (Siapa, Apa, Di mana, Kapan, Mengapa) + Bagaimana.
Contoh:
Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN SU) akan menyelenggarakan pelatihan jurnalistik bagi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Medan. Acara itu akan berlangsung pada 19 hingga 22 Januari 2009 di kampus II IAIN SU, Williem Iskandar pasar V Medan Estate.
Menurut panitia pelaksana, pelatihan jurnalistik ini bertujuan menghasilkan aktivis-aktivis pers kampus yang tangguh dan kritis, dan menggiatkan kembali tumbuhnya penerbitan-penerbitan yang dikelola mahasiswa. Pelatihan ini akan diikuti 60 peserta, dengan menghadirkan jurnalis-jurnalis profesional dari sejumlah media nasional sebagai pemberi materi, termasuk pembicara dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

4. Beberapa Macam Berita
Dari segi sifatnya, kita kenal dua macam: Hard News dan Soft News.
• Hard News / Straight News : Berita yang lugas, singkat, langsung ke pokok persoalan dan fakta-faktanya. Biasanya harus memenuhi unsur 5 W + 1 H secara ketat dan harus cepat-cepat dimuat, karena terlambat sedikit bisa basi. Istilah Hard News lebih mengacu ke isi beritanya, sedangkan istilah Straight News lebih mengacu ke cara penulisannya (struktur penulisan).
• Soft News : Berita yang dari segi struktur penulisan relatif lebih luwes, dan dari segi isi tidak terlalu berat. Soft News umumnya tidak terlalu lugas, tidak kaku, atau ketat, khususnya dalam soal waktunya. Misalnya: tulisan untuk menggambarkan kesulitan yang dihadapi rakyat kecil akibat krisis ekonomi akhir-akhir ini. Selama krisis ekonomi ini masih berlanjut, berita itu bisa diturunkan kapan saja. Atau tulisan tentang artis Meriam Bellina, yang punya hobi baru mengkoleksi pot bunga antik. Biasanya lebih banyak mengangkat aspek kemanusiaan (human interest).
Dari segi bentuknya, Soft News masih bisa kita perinci lagi menjadi dua: News Features dan Features.
• Features adalah sejenis tulisan khas yang berbentuk luwes, tahan waktu, menarik, strukturnya tidak kaku, dan biasanya mengangkat aspek kemanusiaan. News Features adalah Features yang mengandung unsur berita. Misalnya, tulisan yang menggambarkan peristiwa penangkapan seorang pencuri oleh polisi, yang diawali dengan kejar-kejaran, tertangkap, lepas lagi, dan semua liku-liku proses penangkapan itu disajikan secara seru, menarik, dan dramatis, seperti kita menonton film saja.

B. Teknik Penulisan Berita
Dalam Penulisan sebuah berita, ada beberapa gaya penulisan yang lazim digunakan oleh wartawan, yang meliputi:
1. Gaya Piramida Terbalik
Tujuan gaya penulisan piramida terbalik adalah untuk memudahkan pembaca secara cepat mengetahui apa yang diberitakan. Selain itu untuk memudahkan redaktur memotong bagian yang tidak penting di belakang tulisan.
Bentuk piramida terbalik pada bagian pertama ada yang dinamakan judul/headline, berfungsi untuk mengenalkan dengan cepat apa yang diberitakan, dan menarik minat untuk membaca bagian selanjutnya. Bagian selanjutnya adalah baris tanggal/dateline dalam bagian ini biasanya diikutkan juga tempat peliputan, dan singkatan dari surat kabar, misal Sumut, Senin (Sindo). Sindo adalah kependekan dari harian Sinar Indonesia.
Contoh Gambar gaya penulisa piramida terbalik.








2. Menulis Teras Berita
Bagian tersulit dalam menulis berita adalah membuat teras berita. Teras berita harus bisa menyajikan fakta penting yang diberitakan dan menarik pembaca untuk membaca lebih jauh.
Teras berita umumnya memuat lengkap unsur 5W dan 1H. Teras berita 5W 1H merupakan pegangan standar kantor berita internasional AP, sehingga bentuk teras berita 5W 1H terkenal dengan AP lead. Dengan perkembangan media elektronik yang menuntut berita lebih singkat sehingga dikembangkan lead yang lebih singkat disebut summary lead.
Menurut Mitchell V. Charnley dalam bukunya Reporting, ada dua pegangan utama dalam menulis berita, yakni:
1. Bukalah teras berita dengan kalimat-kalimat yang menonjolkan unsur-unsur yang paling kuat di dalam berita tadi.
2. Ikuti pegangan untuk menuliskan suatu kelengkapan gagasan dalam satu kalimat.
Unsur berita 5W 1H dapat dijadikan macam gaya penulisan teras berita. Misalnya dengan mengambil contoh pembukaan Pekan Olah Raga dan Seni IAIN Sumatera Utara, maka macam berita dapat ditulis:
A. Teras Berita Apa (What)
Pekan olah Raga dan Seni IAIN Sumatera Utara telah dibuka dengan resmi kemarin pagi oleh Rektor IAIN Sumatera Utara Prof. Dr. H. M. Yasir Nasution di Aula Kampus II IAIN Sumatera Utara.
B. Teras Berita Siapa (Who)
Rektor IAIN Sumatera Utara Prof. Dr. H. M. Yasir Nasution kemarin pagi dengan bertempat di Aula Kampus II IAIN Sumatera Utara telah membuka Pekan Olah Raga dan Seni IAIN Sumatera Utara.
C. Teras Berita Di Mana (Where)
Di Aula Kampus II IAIN Sumatera Utara, kemarin pagi telah dibuka dengan resmi oleh Rektor IAIN Sumatera Utara Prof. Dr. H. M. Yasir Nasution Pekan Olah Raga dan Seni IAIN Sumatera Utara.

D. Teras Berita Kapan (When)
Kemarin pagi dengan bertempat di Aula Kampus II IAIN Sumatera Utara oleh Rektor IAIN Sumatera Utara telah dibuka Pekan Olah Raga dan Seni IAIN Sumatera Utara.
E. Teras Berita Mengapa ata Bagaimana (Why dan How)
Untuk meningkatkan kreatifitas Mahasiswa, kemarin pagi oleh Rektor IAIN Sumatera Utara telah dibuka Pekan Olah Raga dan Seni IAIN Sumatera Utara.
Itulah teras berita dari pengembangan 5W 1H. Pengembangan macam teras berita tujuanya untuk memberi variasi kepada surat kabar.
Penulisan teras berita yang beragam akan dapat menghindarkan keseragaman (monoton) yang menyesakkan terdapat dalam wajah sebuah surat kabar.

3. Teknis Menulis Tubuh Berita
Jika teras berita telah dirumuskan maka akan mudah dalam meneruskan penulisan berita. Walaupun relatif mudah dalam membuat tubuh berita harus diperhatikan kesatuan di dalam gaya menulis (“unity in news style”). Harus diperhatikan pula penulisan bahasa jurnalistik, harus lugas dan harus dipegang lima pegangan pokok, yakni:
1. Laporan berita harus menyeluruh
2. Ketertiban dan keteraturan mengikuti gaya menulis berita
3. Tepat penggunaan bahasa dan tata bahasa
4. Ekonomi kata harus diterapkan
5. Gaya penulisan harus hidup, punya makna, warna dan imaginasi.
Uraian ini menggambarkan gaya dan teknik penulisan dapat dipelajari. Seorang wartawan harus banyak membaca dan membandingkan tulisan dan gaya yang ada. Banyak membaca diperlukan untuk memperkaya khasanah kata-kata dan ungkapan yang termasa.

C. Teknik Menulis Kubu Berita Karangan Khas ( Feature)
Para jurnalis yang sudah lama berkecimpung di dunia jurnalistik tahu bahwa kadangkala dalam sebuah peristiwa tidak hanya berupa satu buah kejadian saja. Bisa jadi dalam sebuah peristiwa terdiri dari banyak fragmen-fragmen kejadian yang layak diberitakan. Di dalam teknik penulisan berita langsung (straight news), jurnalis akan merangkum semua fakta-fakta itu ke dalam sebuah berita lempang dan singkat. Ini biasanya terjadi pada media-media yang menuntut aktualitas yang tinggi seperti koran, radio, TV dan internet.
Namun media yang tidak begitu diikat oleh waktu seperti tabloid mingguan atau majalah bulanan, jika mereka ikut-ikutan menulis seperti ini, tentu medianya tidak akan laku karena sudah basi. Karena itulah mereka harus menggali berita dari sudut pandang yang unik dengan tema yang awet alias tak lekang oleh waktu.
Sebagai contoh, dalam sebuah bencana di kota Y, terjadi kejadian sebagai berikut:
• Sambaran petir dan angin badai meruntuhkan atap gedung berlantai lima
• Runtuhan atap itu menimpa mobil yang sedang melintas
• Pengemudinya, seorang remaja putri, menginggal dunia
• Dua penumpang terluka
Aturan dasar dalam menulis berita lempang adalah menempatkan hal-hal yang paling penting di awal berita. Aturan ini tidak menjadi masalah sepanjang kisah ini hanya mempunyai satu peristiwa yang ditekankan. Namun ketika ada banyak peristiwa yang penting juga untuk diberitakan, maka tugas jurnalis menjadi semakin rumit. Untuk mengatasi hal ini, ada dua pilihan yang bisa dilakukan:
1. Merangkum semua fakta –dengan urutan penting ke tidak penting—pada paragraf pertama, atau
2. Memberi tekanan pada peristiwa tertentu yang paling penting di awal paragraf.
Jika peristiwa di atas ditulis dalam sebuah berita lempang, hasilnya sebagai berikut:
“Atap sebuah gedung berlantai lima, runtuh setelah tersambar petir dan tersapu angin badai tadi malam. Runtuhan atap itu menimpa mobil yang sedang melintas, sehingga menewaskan Anastasia Suminem (18 tahun) yang mengemudi mobil itu. Sedangkan dua penumpang lainnya menderita luka-luka serius.”
Berita seperti ini biasanya dimuat di koran harian. Namun ketika redaktur tabloid wanita akan mengangkat peristiwa ini, ia harus mencari sudut pandang lain. Ia memberi tugas reporternya untuk mengangkat kisah korban yang meninggal. Inilah hasilnya:
“Seorang remaja putri meninggal dunia (Jumat, 18/4) ketika mobil yang dikendarainya tertimpa atap gedung berlantai lima yang runtuh setelah tersambar petir. Selain itu, dua penumpang yang duduk di belakang menderita luka-luka serius. Saat itu mobil mereka sedang terjebak di kemacetan lalu lintas.
Anastasia Suminem (18 tahun) adalah seorang sekretaris PT. Sukar Maju. Ia sedang melintas jl. Sudirman ketika puluhan kubik bata, kayu, besi dan genting itu menghempas mobilnya. Timbunan material itu meringsekkan badan mobil bagian depan sehingga menewaskan Anastasia seketika itu juga.
Anastasia adalah seorang karyawati yang menuru penuturan Kristina, rekan kerjanya adalah karyawan periang yang tidak sungkan-sungkan memberi bantuan pada orang lain. Sifat suka menolongnya ini tercermin ketika ia menawarkan untuk mengantarkan pulang Yosafat Tukiyo (23 th) dan Maria Magdalena Pariyem (20 th). Padahal arah rumah Anastasia berlawanan dengan kedua rekannya ini.. …. “ kisah selanjutnya menceritakan tentang Anastasia.
Sementara itu, editor majalah bulanan memandangnya dari sisi lain. Ia tertarik pada petir yang menyambar pada saat jam-jam sibuk. Pada saat itu, jalanan macet karena banyak orang pulang kantor pada waktu yang bersamaan. Untuk itu, ia menugaskan anak buahnya untuk mewawancarai pakar Cuaca dan mencari informasi seputar perilaku petir.
Ketika sebuah media sudah mendapat point of interest dari sebuah kisah, mereka akan memusatkan perhatian pada satu hal itu saja. Mereka mengumpulkan dan menggali fakta di balik berita lempang untuk disusun menjadi sebuah berita kisah atau news feature. Karena relatif tidak terikat oleh waktu, penulis berita kisah punya kesempatan untuk menyusun kalimat yang menghidupkan imajinasi pembaca. Tulisan ini menarik perhatian pembaca hingg masuk ke dalam cerita itu dengan membantu mengidentifikasi diri dalam tokoh utama. Feature dapat menyentuh emosi pembaca sehingga mereka penasaran, skpetis, kagum, heran, tertawa, menangis, dongkol, senang dsb.
Menurut Wiliamson, “Feature adalah tulisan kreatif yang terutama dirancang untuk memberi informasi sambil menghibur tentang suatu kejadian situasi atau aspek kehidupan seseorang”.
Masih kata Wiliamson, feature menekankan unsur kreativitas (dalam penciptaan), informatif (isinya) dan menghibur (gaya penulisannya) dan boleh subyektif (penuturannya). Ketiga syarat utama ini mutlak ada dalam feature, sedangkan unsur subyektifitas tidak mutlak. Kalau ada juga boleh, terutama untuk feature sisi manuniawi (human interest).
Penulis feature tentu membutuhkan imajinasi yang baik untuk menjahit kata-kata dan rangkaian kata menjadi cerita yang menarik. Tapi, seperti juga bentuk-bentuk jurnalisme lainnya, imajinasi penulis tidak boleh mewarnai fakta-fakta dalam ceritanya.
Seorang jurnalis profesional tidak akan menipu pembacanya, walau sedikit, karena ia sadar terhadap etika dan bahaya yang bakal mengancam.
Etika menyebutkan bahwa opini dan fiksi tidak boleh ada, kecuali pada bagian tertentu surat kabar. Tajuk rencana, tentu saja, merupakan tempat mengutarakan pendapat. Dan edisi Minggu surat kabar diterbitkan untuk menampung fiksi (misalnya cerita pendek).
Feature tidak boleh berupa fiksi, dan setiap "pewarnaan" fakta-fakta tidak boleh menipu pembaca. Bila penipuan seperti itu terungkap, kepercayaan orang pada kita akan hancur.
Sebagian besar penulis feature tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu.
Struktur tulisan feature disusun seperti kerucut terbalik yang terdiri dari lead, jembatan di antara lead dan tubuh, tubuh tulisan dan penutup. Bagian atasnya berupa lapisan lead dan jembatan yang sama pentingya, dan bagian tengahnya berupa tubuh tulisan yang makin ke bawah makin kurang ke-penting-annya. Bagian bawahnya berupa alenia penutup yang bulat.
Tubuh feature berisi situsi dan proses disertai penjelasan mendalam tentang mengapa dan bagaimana. Pada human interest feature, situasi yang dituturkannya disertai pendapat atau pandangan yang subyektif dari penulisnya mengenai situasi yang diutarakan. Tetapi pada bentuk feature ilmiah populer situasi dan proses yang ditutrkan tidak disertai pendapat subyektif, melainkan tetap dipertahankan keobyektifitasan pandangannya.
Penutup feature berupa alenia berisi pesan yang mengesankan. Suatu feature memerlukan -- bahkan mungkin harus -- ending karena dua sebab:
1. Menghadapi feature hampir tak ada alasan untuk terburu-buru dari segi proses redaksionalnya. Editor tidak lagi harus asal memotong dari bawah. Ia punya waktu cukup untuk membaca naskah secara cermat dan meringkasnya sesuai dengan ruangan yang tersedia.Bahkan feature yang dibatasi deadline diperbaiki dengan sangat hati-hati oleh editor, karena ia sadar bahwa kebanyakan feature tak bisa asal dipotong dari bawah. Feature mempunyai penutup (ending) yang ikut menjadikan tulisan itu menarik.
2. Ending bukan muncul tiba-tiba, tapi lazimnya merupakan hasil proses penuturan di atasnya yang mengalir. Ingat bahwa seorang penulis feature pada prinsipnya adalah tukang cerita. Ia dengan hati-hati mengatur kata-katanya secara efektif untuk mengkomunikasikan ceritanya. Umumnya, sebuah cerita mendorong untuk terciptanya suatu "penyelesaian" atau klimaks. Penutup tidak sekadar layak, tapi mutlak perlu bagi banyak feature. Karena itu memotong bagian akhir sebuah feature, akan membuat tulisan tersebut terasa belum selesai.
Karangan khas (feature) sukar diberikan batasan, namun William L. Rivers memberikan batasan dalam bukunya berjudul The Mass Media: “Kita mempunyai kisah atas fakta-fakta yang telanjang, dan itu kita sebutkan sebagai ”berita”, Disamping berita kita jumpai lagi, tajuk rencana, kolom dan tinjauan, yang kita sebutkan “artikel” atau “opinien pieces”, sisanya yang terdapat dalam lembaran surat kabar, itulah yang disebut karangan khas (feature)”.
Mc Kinney dari Denver Post yang menyebutkan “Karangan Khas (feature) adalah suatu tulisan yang di luar tulisan yang bersifat berita langsung, di mana pegangan utama dari 5W 1H dapat diabaikan.”
Wolseley dan Campbell di dalam bukunya Exploring Journalism memasukkan karangan khas di surat kabar, ke dalam segi hiburan (entertainment). Secara gamblang ia mengiaskan karangan khas di dalam surat kabar sebagai “asinan” di dalam sajian makanan, yang tidak memberi kalori utama, akan tetapi ia menimbulkan selera makan dan penyedap.
Dari beberap uraian tersebuit dapat disimpulkan:
1. Karangan khas (feature) tidak tunduk pada teknik penulisandan penyajian fakta-fakta seperti disyaratkan berita;
2. Karangan khas (feature) merupakan tulisan dalam surat kabar yang sifatnya enteng dan memberi hiburan
Bila dilihat berdasarkan jenisnya Wolseley membagi karangan khas sebagai berikut:
1. karangan khas yang bersifat insani (human interest feature)
2. karangan khas yang bersifat sejarah
3. karangan khas biografi/tokoh
4. karangan khas perjalanan/travelog
5. karangan khas yang bersifat mengajar keahlian “how to do it”
6. karangan khas yang bersifat ilmiah
Karangan khas bersifat tidak bisa basi atau timeless. Dengan berpatokan bahwa feature tidak berpatokan pada 5W 1H, karangan khas ini tidak perlu bagian penting di muka. Selain itu perlu diingat juga bahwa walaupun penulisan karangan khas ini penulisannya mirip cerpen namun isinya bukanlah khayalan seperi isi cerpen tapi berisi fakta.
Sedangkan yang membedakan antara feature dan kolom ataupun tajuk rencana adalah adanya unsur opini dalam kolom maupun tajuk rencana. Walaupun penulisannya menghindari subyektifitas , namun secara mutlak subyektifitas tidak bisa dihapus dalam tulisan wartawan.
Penulis karangan khas ini biasanya adalah wartawan kawakan atau disebut “seasonal jornalism”.

D. Teknik Penulisan Berita Komprehensif
Bentuk laporan surat kabar masa kini berkembang karena tuntutan keingin tahuan masyarakat yang meningkat. Dalam laporan surat kabar masa kini (modern news reporting) berbentuk interpretatif reporting dan investigative reporting. Walaupun begitu patokan 5W 1H tetap digunakan untuk penulisan laporan ini.
Namun sebelum menjelaskan laporan komprehensif , baik kita ketahui tentang “jurnalistik pembangunan” (development journalism).Amitha Chowdry pencetus konsep jurnalisme ini menyatakan bahwa wartawan harus punya tanggung jawab untuk mendukung usaha pembangunan negara.
Wilbur Schramm, ahli komunikasi Amerika menjelaskan bahwa di dalam komunikasi pembangunan, komunikasi memainkan tiga peranan penting yakni:
1. Komunikasi, memberikan informasi yang dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat. Misalnya informasi bahwa kelahiran bisa diatur, informasi tentang jenis bibit padi unggul.
2. Komunikasi berperan menumbuhkan pengertian yang menjurus kepada menumbuhkan kebutuhan. Misalnya keluarga kecil dengan pengaturan kelahiran memungkinkan naiknya tingkat kesejahteraan.
3. Komunikasi, dalam tingkat ketiga harus menjalankan fungsi penyuluha, yakni mengajarkan bagaimana dan dimana petani memperoleh nasihat untuk mengatur kelahiran atau meperoleh pupuk dan bibit unggul padi.
Apapun namanya menurut Chowdhury, konsep ini merupakan suatu penghalusan dari investigative reporting dan interpretative reporting, yang ditujukan kepada masyarakat negara berkembang.
Dalam pertimbangan khalayak pembaca adalah masyarakat negara berkembang dengan tingkat pendidikan rata-rata SD-SMP, maka diperlukan penyusunan bahasa yang mudah dicerna. Dengan berpatokan hal tersebut maka sedapat mungkin dihindari laporan yang penuh angka. Untuk itu ada tiga cara untuk menulis angka-angka di dalam bentuk tulisan/laporan, yakni:
1. Tulislah angka-angka di dalam huruf, misal 1000.000 ditulis dengan huruf satu juta atau 1 juta.
2. Angka-angka statistik yang berturut-turut, ditulis dengan cara diselang-seling, misalnya:
Produksi gula
1971 500.000 ton
1972 650.000 ton
1973 750.000 ton
1974 450.000 ton
Untuk ini dapat ditulis dengan cara : Angka-angka produksi gula dari tahun 1971 terus naik, akan tetapi tahun 1974 menurun , tahun 1971 produksinya adalah 500.000 ton dan pada tahun 1973 angka produksi ini menjadi 750.000 ton yang kemudian menurun menjadi 450.000 ton saja dalam tahun 1974.
3. Untuk dapat memberikan gambaran dan mudah dimengerti tulislah angka-angka itu dalam perbandingan.
Sebagai contoh misalnya, produksi susu tahun 1979 adalah 300.000.000 liter. Maka dapat ditulis : Produksi susu dalam tahun 1981 adalah sebanyak 300 juta liter, yang berarti dengan penduduk Indonesia sekarang berjumlah 150 juta, berarti tiap orang mendapatkan hanya 2 liter susu setiap tahun.
Jurnalistik pembangunan mengutamakan penyajian latar belakang dan pengutaraan kecenderungan perkembangan di masa datang. Syarat laian adalah segala faset dan segi harus juga ditunjukkan . Check and re-check, sikap kritis, dan keanekaragaman sumber juga merupakan hal penting dalam pemberitaan komprehensif.
Untuk itu bagi wartawan, tuntutan di bawah ini akan sangat berguna, dan sangat membantu di dalam pekerjaanya untuk menulis berita/laporan komprehensif, yakni:
1. Memiliki clipping pribadi yang sederhana dan mudah dicari
2. Penyediaan buku pegangan seperti kamus, buku statistik tahunan, peta, dan sebagainya.
3. Perpustakaan pribadi akan sangat membantu pemgembangan wawasan dan menumbuhkan inisiatif mencari “scoop” yang akan dijadikan laporan komprehensif.

E. Teknik Menulis Tajuk Rencana
Dalam surat kabar biasanya ada satu halaman penuh yang berisi pendapat dan opini. Pemisahan ini dilandaskan kepada praktek jurnalistik , untuk memisahkan fakta dan opini.
Dalam bahasa Indonesia editorial disebut dengan tajuk rencana. Di Inggris dan negara jajahan Inggris tajuk rencana disebut “leader”
Kamus Purwadarminta menyebut tajuk rencana sebagai induk karangan pada surat kabar atau majalah. Sedangkan arti kata sebenarnya tajuk rencana adalah mahkota. Tidaklah salah disebutkan mahkota karena merupakan mahkota dari surat kabar atau majalah.
Lyle Spencer dalam bukunya “Editorial Writing” memberikan batasan tajuk rencana sebagai pernyataan mengenai fakta dan opini secara singkat , logis, menarik, ditinjau dari segi penulisan dan bertujuan untuk mempengaruhi pendapat , atau memberikan interpretasi terhadap suatu berita yang menonjol sebegitu rupa; sehingga bagi kebanyakan pembaca surat kabar dan menyimak pentingnya arti berita yang ditajukan tadi.
Jelasnya dalam tajuk rencana terdapat:
1. Pendapat;
2. Logis;
3. Singkat;
4. Menarik;
5. Bertujuan mempengaruhi pendapat.
Tajuk rencana berisi pendapat redaksi dan pemodal surat kabar yang bersangkutan. Penulis tajuk rencana biasanya Pimred atau redaktur senior yang terpercaya dan mengetahui kebijakan pemberitaan dan surat kabarnya. Misalnya surat kabar Harian Waspada.
Para ahli menyebutkan empat fungsi tajuk rencana:
1. Menjelaskan berita,penulis tajuk rencana menjelaskansuatu berita atau peristiwa, seperti apa arti kebijakan pemerintah yang diambil dan apa akibatnya bagi masyarakat.
2. Mengisi latar belakang, penulis memberi kaitan antara berita dengan kenyataan social
3. Meramalkan masa depan, dengan analisa yang disajikan penulis dapat meramalkan masa depan
4. Meneruskan suatu penilaian moral, penulis memberi suatu penilaian dan sikapnya atas kejadian.
Dalam kenyataanya tidak semua fungsi harrus dimasukkan tulisan. Pemasuka fungsi ketiga biasanya terlalu panjang karena mengandung analisis, sehingga jarang sekali dipakai akhir-akhir ini.
Berikut ini bentuk-bentuk tajuk rencana:
1. Yang bersifat memberi informasi semata,bentuk ini jarang ditemui, bila ada karena sipenulis belum mengetahui kebijakan surat kabarnya
2. Yang bersifat menjelaskan, tajuk ini hampir serupa dengan interpretasi yang memberikan penjelasan kepada suatu berita atau peristiwa
3. Yang bersifat memberikan argumentasi. Umumnya bersifat analitis , memberi argumentasi mengapa terjadi suatu hal dan apa akibatnya
4. Yang bersifat menjuruskan timbulnya aksi, sipenulis ingin menjuruskan timbulnya tindakan secara cepat.
5. Yang bersifat jihat. Tajuk ini berturut-turut terbitnya dan bertujuan mengadakan perubahan.
6. Tajuk yang membujuk .bujukan secara halus kepada pembaca untuk mengambil tindakan atau membentuk pendapat umum
7. Yang bersifat memuji
8. Yang bersifat menghibur. Sering terdapat pada surat kabar yang isinya hiburan
Terkadang suatu surat kabar memuat tajuk rencana surat kabar lain karena mendukung kebijakan surat kabarnya. Tajuk seperti ini dinamakan tajuk rencana tamu (guest editorial).
Seorang penulis tajuk rencana haruslah berpengetahuan luas, mempunyai kelengkapan bahan rujukan, berkepala dingin, tidak berprasangka, bahasa yang baik, analisa logis, dan sikap yang mantap atas argumentasinya. Banyaknya persyaratan tersebut biasanya hanya “seasonal reporter” lah yang mampu.
Arthur C. Jonhson , Pimred Columbus Despatch menulis: “Pernyataan dalam tajuk rencana hanya membentuk pendapat umum jika ia melayani kepentingan publik, tidak takut-takut, berani, tidak berprasangka dan konsisten. Tajuk tadi harulah dilandasi kebijakan yang masuk akal dan berdasarkan pengalaman yang lama serta tidak bertujuan hanya untuk menyerang”










BAB III
KESIMPULAN

Sebuah berita ditulis tidak hanya karena merupakan peristiwa besar. Lebih dari itu berita disampaikan terutama melalui tulisan merupakan bagian dari kerja jurnalistik menyampaikan informasi penting bagi masyarakat. Dengan informasi ini dalam bentuk paket berita masyarakat bisa memahami apa yang terjadi di sekitarnya dan bertindak berdasarkan informasi dari media massa itu.
Berita adalah segala sesuatu yang terkait waktu dan menarik perhatian banyak orang dan berita terbaik adalah hal-hal yang paling menarik yang menarik sebanyak mungkin orang (untuk membacanya). Berita mempunyai criteria. Meliputi: a). Penting, b). Baru terjadi, bukan peristiwa lama, c). Unik, bukan sesuatu yang biasa, d). Asas keterkenalan e). Asas kedekatan, f). Magnitude dan g). Trend.
Macam-macam berita meliputi:
Dari segi sifatnya, kita kenal dua macam: Hard News dan Soft News.
Dari segi bentuknya, Soft News masih bisa kita perinci lagi menjadi dua: News Features dan Features.
Feature adalah tulisan kreatif yang terutama dirancang untuk memberi informasi sambil menghibur tentang suatu kejadian situasi atau aspek kehidupan seseorang”.
Kamus Purwadarminta menyebut tajuk rencana sebagai induk karangan pada surat kabar atau majalah. Sedangkan arti kata sebenarnya tajuk rencana adalah mahkota. Tidaklah salah disebutkan mahkota karena merupakan mahkota dari surat kabar atau majalah.


DAFTAR PUSTAKA
• Ana Nadhya Abrar, “Panduan buat pers Indonesia” Pustaka Pelajar, 1995
• A M Dewabrata, “Kalimat jurnalistik: panduan mencermati penulisan berita”, Kompas, 2004
• Andrias Harefa, “Agar Menulis - Mengarang Bisa Gampang”, Gramedia Pustaka Utama, Indonesia, Januari 2002
• Djaf̕ar H. Assegaff , “Jurnalistik masa kini: (pengantar ke praktek kewartawanan)”, Ghalia Indonesia, 1983.
• F. Rahardi, “Panduan lengkap menulis artikel, feature dan esai: modul dasar pelatihan jurnalistik bagi pemula dilengkapi dengan aneka contoh tulisan”, Kawan Pustaka, 2006.
• Masri Sareb Putra, “Teknik Menulis Berita dan Feature”, Indeks, Indonesia. 2006
• Mitchell Vaughn Charnley “Reporting”. Holt, Rinehart and Winston, 1966.
• Ras Siregar, “Bahasa pers, bahasa Indonesia jurnalistik: kerangka teori dasar”, Grafikatama Jaya, 1992
• Sedia Willing Barus, “Jurnalistik: petunjuk praktis menulis berita : untuk kalangan pelajar/mahasiswa, praktisi pers dan kehumasan” Mini Jaya Abadi, 1996
• Souib Hamat, “Laporan & Berita”, Pelangi Publishing Group Bhd
• Slamet Soeseno, “Teknik Penulisan Ilmiah Populer; Kiat Menulis Non Fiksi Untuk Majalah, Gramedia Pustaka Utama
• Williamson, “Feature Writing for Newspeper, Hastings House, New York
Julian Harris dkk, The Complete Reporter”, Macmillan Publishing,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar